sumber image : wikipedia
|
Matsuri adalah suatu festival budaya rakyat yang umumnya berkaitan dengan festival di kuil baik kuil Shinto (Jinja) maupun kuil Buddha (Tera) yang kebanyakan diselenggaran pada musim panas. Karena merupakan budaya rakyat tentu saja selalu ramai dan penuh dengan pengunjung. Seperti biasanya pada setiap keramaian di mana saja selalu disertai dengan kehadiran pedagang kaki lima, suatu aktivias bisnis yang hampir tidak dijumpai dalam kehidupan sehari hari.
Selain kehadiran pedagang kaki lima, event matsuri di suatu tempat juga sangat mudah di temukan karena banyaknya peserta yang hadir dengan menggunakan pakaian yukata yaitu pakaian musim panas. Jadi kalau kita menemukan orang yang berpakaian yukata dalam jumlah cukup banyak di sekitar terminal maka bisa ditebak di sekitar tempat tersebut berlangsung suatu matsuri atau festival kembang api.
Matsuri biasanya berarti festival kuil namun kadang ada juga perkecualiannya, sedangkan matsuri tidak selalu berarti berdoa atau sembahyang, hal itu sudah pasti karena kebanyakan orang datang hanya untuk melihat saja dan seperti biasanya dalam sebuat event pengunjung selalu lebih banyak dibandingkan dengan pesertanya.
Kimono, Pakaian Tradisional
sumber image : keranjangkecil
|
Kimono (着物)merupakan pakaian tradisional masyarakat Jepang. Pada masa lalu pakaian ini merupakan satu satunya yang dikenal dan digunakan dalam kehidupan sehari hari.
Namun dalam perkembangan selanjutnya Kimono berkembang menjadi exsklusif dan hanya digunakan terbatas pada orang tertentu atau event khusus saja. Dalam keseharian pakain ini sangat jarang digunakan. Alasannya adalah selain karena dianggap tidak praktis juga karena harganya yang sama sekali tidak bisa disebut murah. Selembar kimono yang paling sederhana sekalipun harganya mencapai belasan juta perpotong, sedangkan untuk design yang lebih khusus tentu saja berharga sangat mahal dan tidak jarang sampai mendekati ratusan juta rupiah.
Tentu saja, bukan karena alasan harga yang menyebabkan banyak orang yang tidak memilikinya, namun kesempatan untuk menggunakan pakaian ini sangat terbatas. Umumnya kebanyakan orang hanya menggunakannya pada waktu muda yaitu pada saat Upacara Usia Dewasa ( Sejinshiki) yaitu saat menginjak usia 20 tahun.
Bagi orang asing, selama ini kimono selalu identik dengan pakaian wanita. Anggapan yang tidak tepat karena kimono juga ada dua macam yaitu untuk pria dan wanita yang tentu saja dengan bentuk yang berbeda namun menggunakan nama yang sama. Dibandingkan dengan kimono wanita, kimono pria umumnya lebih sederhana baik dalam design, motif dan juga warnanya yang biasanya didominasi oleh berwarna gelap seperti hijau tua, coklat tua, biru tua atau hitam.
Kimono untuk wanita dikenal ada beberapa jenis menunjukkan umur pemakai, status perkawinan, dan tingkat formalitas dari acara yang dihadiri. Disamping itu kimono wanita juga memiliki berbagai aksesoris tambahan yang cukup banyak.
Ojigi
Ojigi (membungkuk) adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari Jepang. Orang-orang tunduk saat menyapa, berterima kasih kepada seseorang, meminta maaf, mengucapkan selamat tinggal dan memperkenalkan diri mereka sendiri. Meskipun berjabat tangan (akushu) telah menjadi diterima sebagai bentuk ucapan, banyak orang Jepang masih belum terbiasa.
Semakin Anda membungkuk, rasa hormat yang lebih Anda menunjukkan. Ada pepatah lamahaiku puisi; "Minoru hodo atama tidak tareru Inaho kana." Itu berarti "batang padi muda berdiri tegak, biji-bijian matang tunduk rendah," menyiratkan bahwa satu tumbuh untuk memahami arti dari kerendahan hati. Ketika posisi seseorang lebih tinggi dari yang lain, orang yang busur posisi lebih rendah kepalanya sedikit lebih rendah dari orang dalam posisi yang lebih tinggi. Secara umum, wanita yang lebih tua busur sangat sopan. Ada banyak orang yang membungkuk dalam-dalam sambil berjabat tangan pada saat yang sama, dan ada orang lain yang rukuk banyak, berkali-kali. Namun, salam antara teman cukup informal. Mereka santai akan mengangkat tangan mereka atau ringan menurunkan kepala mereka (eshaku).
Pria membungkuk dengan tangan mereka diadakan di sisi mereka, telapak tangan menghadap ke dalam. Wanita tunduk dengan tangan mereka melintas di depan mereka. Jika mereka duduk di kursi, mereka berdiri untuk membungkuk. Jika mereka duduk di zabuton (bantal untuk tatami tikar), mereka bergerak dari itu untuk membungkuk dan meletakkan kedua tangan ringan di tatami di depan tubuh mereka ketika membungkuk.
Sumber :
|